Beranda | Artikel
Anda Akan Bahagia Jika Memiliki yang Satu Ini – Syaikh Saad al-Khatslan #NasehatUlama
9 jam lalu

Salah satu jalan menuju kebahagiaan adalah merasa cukup dan ridha dengan rezeki yang Allah bagikan. Ada ungkapan lama, “Kebahagiaan bukanlah dengan memiliki lebih banyak daripada orang lain, melainkan kebahagiaan adalah merasa lebih puas daripada orang lain.” Maka, di antara jalan meraih kebahagiaan ialah merasa cukup dengan apa yang Allah tetapkan bagimu.

Oleh sebab itu, Nabi ‘alaihis shalatu wassalam bersabda, “Kekayaan bukanlah karena banyaknya harta, melainkan kekayaan yang sejati adalah kekayaan jiwa.” Kekayaan itu terletak pada jiwa yang merasa cukup. Jika seseorang tidak memiliki kekayaan jiwa ini, maka sebanyak apa pun harta dan kekayaan yang ia miliki, ia tetap merasa miskin.

Sedangkan orang yang memiliki jiwa yang merasa cukup, meskipun penghasilannya sedikit, ia tetap merasa kaya. Merasa cukup adalah harta simpanan yang tidak pernah habis. Demikian pula, ridha terhadap rezeki yang Allah Ta’ala tetapkan bagi seseorang, termasuk di antara jalan menuju kebahagiaan.

Maka dari itu, dalam ungkapan hikmah disebutkan: “Kebahagiaan bukanlah dengan memiliki lebih banyak daripada yang dimiliki orang lain, tapi kebahagiaan adalah dengan merasa lebih puas daripada orang lain.”

Oleh sebab itu, seorang Muslim hendaknya ridha terhadap apa yang Allah Ta’ala tetapkan baginya. Terhadap rezeki yang Allah tetapkan baginya, dan terhadap segala urusan lain yang telah ditakdirkan-Nya. Ia harus merasa puas dengan pembagian tersebut. Serta hidup dengan penuh optimisme dan berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Senantiasa memohon karunia Allah ‘Azza wa Jalla. Merasa puas atas takdir yang ditetapkan Allah Ta’ala baginya.

Ada sebagian orang yang cenderung suka mengeluh, tidak puas, menggerutu, dan selalu merasa kurang. Tiada satu pun yang membuatnya merasa cukup. Padahal, mungkin ia tengah hidup dalam kenikmatan dan kenyamanan. Namun meski demikian, ia tetap tidak puas dengan keadaannya, terus menggerutu dan mengeluh. Orang seperti ini tentu jauh dari kebahagiaan.

Namun di sisi lain, ada orang yang mungkin lebih sedikit hartanya, tapi rasa puasnya lebih besar, sehingga ia merasa bahagia dalam hidupnya. Oleh sebab itu, hal-hal semacam ini harus sungguh-sungguh diupayakan oleh seorang Muslim, dan dia perlu melatih jiwanya untuk merasa cukup dan ridha. Sebab jika tidak, jiwa manusia akan terus menginginkan lebih banyak.

Sebagaimana sabda Nabi ‘alaihis shalatu wassalam: “Seandainya anak Adam memiliki satu lembah emas, niscaya ia menginginkan dua lembah. Jika ia telah memiliki dua lembah, ia menginginkan tiga. Tidak ada yang memenuhi rongga anak Adam kecuali tanah (kematian).” (HR. Bukhari, disampaikan secara makna). Jiwa manusia senantiasa menginginkan dan mengejar lebih banyak. Oleh sebab itu, jiwa ini harus dilatih. Seseorang harus membiasakan jiwanya untuk merasa puas. dan menanamkan keyakinan dalam hatinya, bahwa rezeki yang datang kepadanya hanyalah yang telah Allah tetapkan untuknya.

Rezeki tidak akan didapatkan seseorang kecuali yang telah ditetapkan Allah untuknya. Rezeki seseorang telah ditetapkan saat ia masih dalam kandungan ibunya. Sebagaimana sabda Nabi ‘alaihis shalatu wassalam:

“Sesungguhnya penciptaan salah seorang di antara kalian dihimpun dalam rahim ibunya: 40 hari sebagai nutfah, lalu 40 hari sebagai ‘alaqah, lalu 40 hari sebagai mudghah…” (HR. Bukhari).

Yakni 40 hari ditambah 40 hari, lalu 40 hari lagi, total 120 hari. Kemudian malaikat didatangkan, diperintahkan meniupkan ruh, dan diperintahkan mencatat empat perkara: Rezekinya, ajalnya, amalannya, serta apakah ia termasuk orang yang celaka atau bahagia. Jadi, rezeki telah ditetapkan saat ia masih dalam kandungan ibunya. Oleh sebab itu, seseorang hendaknya ridha terhadap rezeki yang Allah tetapkan untuknya. Kamu tidak akan mendapatkan rezeki kecuali yang telah Allah tetapkan untukmu. Rezeki yang telah ditetapkan untukmu akan menghampirimu.

Oleh sebab itu, ketika seorang Muslim mengetahui hakikat ini dan memahami dengan baik perkara rezeki, dia akan merasa puas dengan yang telah Allah berikan kepadanya, dan jauh dari sikap mengeluh dan menggerutu.

=====

مِنْ أَسْبَابِ السَّعَادَةِ الْقَنَاعَةُ وَالرِّضَا بِمَا قَسَمَهُ اللَّهُ وَقَدِيمًا قِيلَ لَيْسَتْ السَّعَادَةُ فِي أَنْ تَمْلِكَ أَكْثَرَ مِمَّا يَمْلِكُ النَّاسُ وَلَكِنَّ السَّعَادَةَ أَنْ تَرْضَى أَكْثَرَ مِمَّا يَرْضَى النَّاسُ مِنْ أَسْبَابِ حُصُولِ السَّعَادَةِ الْقَنَاعَةُ أَنْ تَقْنَعَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ

وَلِهَذَا قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ الْغِنَى هُوَ غِنَى النَّفْسِ وَإِلَّا إِذَا لَمْ يُوجَدْ عِنْدَ الْإِنْسَانِ غِنَى النَّفْسِ فَمَهْمَا مَلَكَ مِنَ الثَّرَوَاتِ وَمِنَ الْأَمْوَالِ يَبْقَى فَقِيرًا

أَمَّا إِذَا كَانَ عِنْدَهُ غِنَى النَّفْسِ فَحَتَّى لَوْ كَانَ قَلِيلَ ذَاتِ الْيَدِ يَكُونُ غَنِيًّا فَالْقَنَاعَةُ كَنْزٌ لَا يَفْنَى وَهَكَذَا أَيْضًا الرِّضَا بِمَا قَسَمَ اللَّهُ تَعَالَى لِلْإِنْسَانِ فَهُوَ مِنْ أَسْبَابِ السَّعَادَةِ

وَلِهَذَا قِيلَ فِي الْحِكْمَةِ لَيْسَتْ السَّعَادَةُ فِي أَنْ تَمْلِكَ أَكْثَرَ مِمَّا يَمْلِكُ النَّاسُ وَلَكِنَّ السَّعَادَةَ أَنْ تَرْضَى أَكْثَرَ مِمَّا يَرْضَى النَّاسُ

فَيَنْبَغِي أَنْ يَرْضَى الْمُسْلِمُ بِمَا قَسَمَهُ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِمَا قَسَمَهُ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ مِنَ الرِّزْقِ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ مِنَ الْأُمُورِ كُلِّهَا أَنْ يَكُونَ رَاضِيًا بِهَذِهِ الْقِسْمَةِ وَأَنْ يَعِيشَ مُتَفَائِلًا حَسَنَ الظَّنِّ بِاللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى سَائِلًا لَهَا عَزَّ وَجَلَّ مِنْ فَضْلِهِ رَاضِيًا بِمَا قَدَّرَهُ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ

بَعْضُ النَّاسِ تَجِدُ أَنَّهُ يَغْلِبُ عَلَيْهِ التَّشَكِّي وَالتَّسَخُّطُ وَالتَّبَرُّمُ لَا يُعْجِبُهُ الْعَجَبُ وَرُبَّمَا يَكُونُ فِي نِعْمَةٍ وَفِي عِيْشَةٍ هَنِيَّةٍ لَكِنْ مَعَ ذَلِكَ يَبْقَى غَيْرَ رَاضٍ عَنْ حَالِهِ مُتَسَخِّطًا مُتَشَكِّيًا وَهَذَا يَكُونُ بِمَنْأًى عَنِ السَّعَادَةِ

وَتَجِدُ فِي الْمُقَابِلِ مَنْ هُوَ رُبَّمَا أَقَلُّ مِنْهُ مَالًا لَكِنَّهُ أَكْثَرُ رِضًا فَهُوَ سَعِيدٌ فِي حَيَاتِهِ وَلِذَلِكَ هَذِهِ الْمَعَانِي يَنْبَغِي أَنْ يَحْرِصَ الْمُسْلِمُ عَلَى تَحْقِيقِهَا وَعَلَى تَرْوِيْضِ النَّفْسِ عَلَى الْقَنَاعَةِ وَالرِّضَا وَإِلَّا فَإِنَّ النَّفْسَ تَطْمَحُ دَائِمًا تَطْمَحُ لِلْكَثِيرِ

كَمَا قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ لَابْتَغَى وَادِيَيْنِ وَلَوْ كَانَ لَهُ وَادِيَانِ لَابْتَغَى ثَالِثًا وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ فَالنَّفْسُ دَائِمًا تَطْمَعُ وَتَطْمَحُ وَلِهَذَا لَا بُدَّ مِنْ تَرْوِيْضِ هَذِهِ النَّفْسِ وَيُعَوِّدُ الْإِنْسَانُ نَفْسَهُ عَلَى الرَّضَا وَأَنْ يَسْتَقِرَّ فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ لَنْ يَأْتِيَهُ مِنَ الرِّزْقِ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ

لَنْ يَأْتِيَ الْإِنْسَانَ مِنَ الرِّزْقِ إِلَّا مَا كَتَبَهُ اللَّهُ لَهُ وَالرِّزْقُ يُكْتَبُ لِلْإِنْسَانِ وَهُوَ فِي بَطْنِ أُمِّهِ كَمَا قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ عَلَقةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ

يَعْنِي أَرْبَعُونَ وَأَرْبَعُونَ وَأَرْبَعُونَ مِئَةً وَعِشْرِينَ ثُمَّ يَأْتِيهِ الْمَلَكُ وَيُؤْمَرُ بِنَفْخِ الرُّوحِ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَالرِّزْقُ يُكْتَبُ وَهُوَ فِي بَطْنِ أُمِّهِ وَلِهَذَا يَنْبَغِي أَنْ يَرْضَى الْإِنْسَانُ بِالرِّزْقِ الَّذِي كَتَبَهُ اللَّهُ لَهُ لَنْ يَأْتِيَكَ مِنَ الرِّزْقِ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكَ وَالرِّزْقُ الْمَكْتُوبُ لَكَ سَيَأْتِيكَ

فَلِذَلِكَ إِذَا عَرَفَ الْمُسْلِمُ هَذِهِ الْحَقِيقَةَ وَفَهِمَ قَضِيَّةَ الرِّزْقِ فَهْمًا جَيِّدًا فَإِنَّهُ يَرضَى بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَهُ وَيَكُونُ بَعِيدًا عَنِ التَّشَكِّي وَعَنِ التَّسَخُّطِ


Artikel asli: https://nasehat.net/anda-akan-bahagia-jika-memiliki-yang-satu-ini-syaikh-saad-al-khatslan-nasehatulama/